Rabu, 05 November 2008

The 7 Ups !

 
1. Wake Up !! 
Decide to have a good day.
'This is the day the Lord hath made;
let us rejoice and be glad in it.'
Psalms 118:24 
 
2. Dress Up !! 
The best way to dress up is to put on a smile.
A smile is an inexpensive way to improve your looks.
'The Lord does not look at the things man looks at.
Man looks at outward appearance,
but the Lord looks at the heart.'
I Samuel 16:7
 
3. Shut Up!!
Say nice things and learn to listen.
God gave us two ears and one mouth,
so He must have meant for us to do twice as much listening as talking.
'He who guards his lips guards his soul.'
Proverbs 13:3
 
4. Stand Up!! 
. . . for what you believe in.
Stand for something or you will fall for anything.
'Let us not be weary in doing good; for at the proper time,
we will reap a harvest if we do not give up.
Therefore, as we have opportunity, let us do good...'
Galatians 6:9-10
 
5. Look Up !!
. . . to the Lord.
'I can do everything through Christ who strengthens me'.
Philippians 4:13
 
6. Reach Up !!
. . . for something higher.
'Trust in the Lord with all your heart,
and lean not unto your own understanding.
In all your ways, acknowledge Him, and He will direct your path.'
Proverbs 3:5-6

7. Lift Up !!
. . . your Prayers.
'Do not worry about anything; instead
PRAY ABOUT EVERYTHING.'
Philippians 4:6 

Kamis, 02 Oktober 2008

Kebersamaan di Pelabuhan Ratu

Pada saat libur Lebaran dan tidak ada acara persekutuan doa, maka kami para pelayan PDPKK St Maria Fatima mengadakan suatu acara untuk menjalin kebersamaan di antara para pelayan beserta dengan keluarga masing-masing. Rencana semula acara akan dilakukan dengan berziarah ke Gereja Subang, tetapi kemudian diubah menjadi rekreasi ke Pelabuhan Ratu, karena salah seorang rekan kami (pak Harsono) memiliki rumah yang dapat digunakan untuk berkumpul selama berekreasi disana.

Pada tanggal 1 Oktober 2008, hari pertama Lebaran, rombongan pertama yang terdiri dari 4 mobil berangkat jam 6.20 dari SMKK Baranang Siang. Ternyata perjalanan sangat lancar, melalui jalan Cikijang yang berkelok-kelok, turun naik di jalan kecil, kami sampai di Pelabuhan Ratu sekitar jam 9.00. Di lokasi kami segera sarapan dengan bekal yang dibawa dari Bogor : nasi, tahu, lalap (termasuk pete), rendang, ikan asin, sambel, dll., sambil menikmati air kelapa muda yang langsung dipetik dari pohon di depan rumah.

Setelah itu anak-anak yang sudah tidak tahan melihat pantai, segera berjalan ke seberang jalan menuju pantai. Ternyata walau hari baru jam 10, pasir laut sudah sangat panas sekali, sehingga anak-anak terpaksa menggunakan sandal, yang baru dilepas setelah dekat air laut. Bermain ombak, yang merupakan pengalaman pertama bagi beberapa anak, sungguh sangat menyenangkan. Panas matahari tidak dihiraukan, pokoknya bermain pasir dan berlari menyongsong air laut dengan ombak yang tidak terlalu besar.

Sekitar jam 11, ketika rombongan kedua yang terdiri dari 2 mobil tiba, kami pun kembali ke base camp. Setelah itu kami bersiap berangkat ke Samudra Beach Hotel, tetapi sebelumnya mampir dulu ke tempat pelelangang ikan untuk membeli ikan bagi makan siang / sore, setelah acara jalan-jalan selesai. Ikan yang telah dibeli dibawa oleh bapak pengurus rumah, untuk dimasak, sehingga siap waktu kami pulang nanti.

Di pantai Samudra Beach, anak-anak kembali berenang dan bermain pasir. Setelah itu mereka berenang di kolam renang Samudra Beach Hotel. Anak saya, Anggun, mengatakan bahwa ia sebenarnya lebih senang berenang sambil bermain ombak di pantai, daripada hanya di kolam renang.

Sekitar jam 13 lewat, kami melanjutkan perjalanan ke Karang Hawu. Disini kami dapat berbelanja ikan asin, sawo dll., termasuk juga menikmati minuman dan mie baso. Tidak lama disini kami terus menuju Cisolok, tempat sumber air panas. Di Cisolok, kami dapat berendam air panas (sekali) di sungai yang berbau belerang, atau dapat juga berenang di kolah renang yang tersedia dengan membayar biaya masuk Rp. 2000,- per orang. 
Saya sendiri memilih berendam di kamar mandi secara pribadi. Dengan biaya Rp. 10.000. sepuasnya, saya dapat menikmati air yang sangat panas. Saya memilih berendam, karena otot pinggang sekitar punggung sedang sakit dan kaku. Setelah memaksakan berendam sekitar 20 menit, ternyata panasnya terus mengalir, sehingga setelah mandi badan terus bercucuran keringat (memang suasana jam 15 waktu itu juga cukup panas). Waktu berjalan ke mobil, ternyata badan terasa sangat capai, lapar dan haus, karena rupanya energi terkuras waktu berendam di air panas. 

Dari Cisolok, kami segera kembali ke base camp untuk makan ikan bakar yang tadi dibeli di pelelangan. Sampai tempat ternyata ikan bakar sudah siap, dan mengundang selera teman-teman yang memang sudah lapar. Ikan sebanyak 8 kg dan udang sekitar 3 kg hampir tandas disikat oleh sekitar 35 orang (beserta dengan anak-anak).

Waktu bersiap-siap pulang, ternyata datang rombongan Pak Kawi dan keluarga serta ibu Loan dari Vila Duta, yang sedang menginap di Pelabuhan Ratu. Setelah ngobrol beberapa saat, maka rombongan kami segera pulang ke Bogor pada sekitar jam 17.45. Dengan melalui jalan lewat Cibadak, maka sekitar jam 20.45 kami sudah keluar tol Bogor, dan segera kembali ke rumah masing-masing.

Semoga acara hari ini membangun kebersamaan di antara para pelayan PDPKK Santa Maria Fatima beserta dengan keluarga. Bagi para pelayan yang berhalangan ikut, nanti kita atur acara selanjutnya, mungkin akhir tahun atau lebaran tahun depan. GBU.

Pertemuan ICCRS di Korea (2009)

Pada tahun 2009, tepatnya tanggal 1 sampai dengan 8 Juni, akan diselenggarakan Konferensi Leader Internasional di Korea Selatan. Tema yang diambil adalah ”Love in Action”.

Panitia dari Korea sudah mempersiapkan segalanya, agar seluruh peserta nanti memang dapat melakukan kasih secara nyata, karena mereka menyelenggarakannya di KKottongnae Community, tempat orang-orang cacat dan sakit yang membutuhkan pelayanan.

Bila anda berminat, segeralah bersiap diri untuk mengikuti konferensi ini. Jadwal yang disusun panitia adalah sebagai berikut :
1. June 1st Registration
2. June 2nd – 3rd Volunteer Work
3. June 3rd evening Festival of Celebration
4. June 4th – 6th Conference
5. June 7th Rally
6. June 8th – 9th Pilgrimage and Sight Seeing

Pelajaran dari ISAO Conference


Mengikuti konferensi Katolik Karismatik international merupakan pengalaman pertama bagi saya. Sebelumnya saya hanya pernah mengikuti dua kali Konvensi Nasional dan tiga kali Konvensi Daerah.

Dari konferensi ISAO ini banyak pelajaran yang saya peroleh. Pertama adalah sharing pengalaman mengenai pertumbuhan karismatik di berbagai negara. Di Korea ternyata sekitar 50% seminarist sudah mengikuti SHDR. Bila dibayangkan beberapa tahun lagi, pasti dampaknya luar biasa bagi perkemangan PKK di Korea. 
Di beberapa negara Timur Tengah (Bahrain, Yaman, Oman, Qatar, dan Uni Emirat Arab), ternyata PKK juga mengalami pertumbuhan walaupun sebagian besar untuk para expatriate yang berasal dari Filipina, India, dan Malaysia. Di Qatar sendiri baru saja diresmikan Gereja Maria Ratu Rosariol; upacara peresmiannya, yang ditayangkan melalui video kepada seluruh peserta konferensi ISAO, berlangsung secara luar biasa.
Di Malaysia, mereka ternyata tidak memiliki BPN secara menyeluruh, tetapi terbagi dua yaitu daerah semenanjung serta Sabah dan Serawak. Ternyata menurut mereka, karena kebutuhan kedua wilayah tersebut berbeda, sehingga sulit dijadikan satu. Hal ini pun terjadi untuk para Uskup, mereka tidak memiliki Konferensi Wali Gereja secara nasional, dan juga belum memiliki Kardinal.

Kedua, para peserta diingatkan kembali mengenai asal muasal Pembaharuan Karismatik Katolik, karunia-karunia, dan kepemimpinan rohani yang dibutuhkan oleh para leader. Dengan demikian maka semua peserta mengalami penyegaran ulang sehingga siap melayani dengan lebih baik lagi.

Ketiga, tentu saja berkenalan secara pribadi dengan para leader PKK dari berbagai negara. Dari beberapa kali diskusi dan pertemuan kelompok, ternyata mereka menggunakan karisma-karisma mereka secara aktif. Waktu saling mendoakan dalam kelompok, maka kita semua berbagi mengenai ’vision’ yang didapat masing-masing terhadap orang yang sedang kita doakan. Dalam kelompok saya terdapat Mr Adrian, guru Evangelisasi dari Australia, serta seorang ibu dari Taiwan yang selalu mensharingkan ’vision’ mereka.

Semoga pelajaran dari ISAO ini membaharui semangat pelayanan kita semua, dan dapat diterapkan di persekutuan doa masing-masing. Amin.

ISAO Conference di Hotel Mercure


Setelah mengalami berbagai perubahan rencana berkali-kali, maka konferensi ISAO (ICCRS Sub-Commitee for Asia Oceania) berhasil dilaksanakan di Hotel Mercure Ancol pada tanggal 14 sampai dengan 18 September 2008.

Konferensi ini merupakan pertemuan pertama para leader karismatik katolik se Asia Pasifik, yang juga dihadiri oleh ketua ICCRS – International Catholic Charismatic Renewal Servicesm yaitu Mrs. Michelle Moran (lihat foto).

ndonesia mendapatkan kehormatan untuk menjadi tuan rumah bagi konferensi ISAO pertama ini, sedangkan yang kedua direncanakan akan diselenggarakan di Malaysia.

 
BPK PKK Keuskupan Bogor turut terlibat dalam penyelenggaraan konferensi ini, bersama dengan BPKPKK Jakarta dan Bandung, terutama dalam bidang liturgi, yang ditangani oleh ibu Kerny dan team, akomodasi, yang ditangani bpk Zeno dan team, serta dekorasi yang ditangani oleh Ambar cs.

Acara selama 5 hari relatif sangat padat, karena mulai dari sekitar jam 8.30 pagi dan baru selesai sekitar jam 21. Di jadwal acara bahkan tidak ada jadwal untuk istirahat siang dan mandi (seperti yang kita alami dalam retret-retret dan konvensi lokal). Total peserta yang hadir lebih dari 500 orang, dengan sekitar 300 orang dari luar negeri. Kontingen peserta dengan jumlah besar berasal dari Singapore, Malaysia, dan Korea.

Konferensi ini dihadiri oleh lebih dari tujuh orang Uskup dari Indonesia, Uni Emirat Arab, Malaysia, Singapore, Filipina. Bapak Kardinal pun berkenan datang pada hari kedua untuk memimpin misa, demikian juga dengan Duta Besar Vatican yang memimpin misa pada hari terakhir. Dengan melihat hal ini memang PKK mendapatkan dukungan besar dari Gereja Katolik, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia.

Pada hari terakhir, 18 September 2008, para peserta diboyong ke Novotel di WTC Mangga Dua, karena acara akan ditutup dengan KRK pada malam harinya, yang dihadiri oleh sekitar 7000 umat.

Lahirnya ISAO


Pada bulan Desember 2006, saat pertemuan leader PKK di Singapore, telah terbentuk ISAO (ICCRS Sub-Commitee for Asia Oceania) dengan susunan pengurus sebagai berikut.
Ketua : Cyril John (India, seperti terlihat pada foto) 
Wakil ketua : Felix Ali Chendra (Indonesia)
Sekretaris : Gerard Francisco (Singapore)
Bendahara : Brendan Woodnut (New Zealand)

ISAO merupakan bagian dari badan karismatik katolik dunia (ICCRS) yang menaungi sekitar 48 negara yang berada di Asia Pasifik, mulai dari negara-negara Timur Tengah sampai di kepulauan Pasifik, dari Australia di selatan sampai Cina di utara. ICCRS terdiri dari tiga sub komisi, yaitu Eropa (ESCI), Afrika (AFSCI), dan Asia Pacifik (ISAO).


Pada pertemuan leader tersebut diputuskan juga bahwa ISAO akan menyelenggarakan konferensi bagi para leader se Asia Pacific yang akan diselenggarakan di Indonesia pada bulan Oktober 2007. Waktu kemudian bergeser, dan akhirnya terselenggara pada bulan September 2008. Tempat semula direncanakan di Kinasih Bogor, tetapi kemudian pindah ke Via Renata di daerah Ciloto, dan akhirnya terlaksana di Hotel Mercure Ancol.

CCR Worldwide (PKK di dunia)


  The Catholic Charismatic Renewal began at a retreat for college students at Duquesne University in Pittsburgh Pennsylvania in February 1967. The students had spent much of the weekend in prayer, asking God to allow them to experience the grace of both baptism and confirmation. The students, that weekend, had a powerful and transforming experience of God, which came to be known as 'baptism in the Spirit'. The account of the weekend and the experience of the Spirit quickly spread across the college campus, then to other campuses throughout the country.

  The charismatic experience soon moved beyond colleges and began to have an impact on regular parishes and other Catholic institutions. Loose organisations and networks were formed. Catholic charismatic conferences began to be held, drawing over 30,000 at Notre Dame campus in South Bend Indiana in the mid 1970's.

  The Renewal caught the attention of the Church, and the leaders of the movement met Pope Paul VI (1975) as well as Pope John Paul II several times. In addition, several of the bishops' conferences, of various countries, have written pastoral letters of encouragement and support for the movement.

  The Catholic Charismatic Renewal is not a single, unified worldwide movement. It does not have a single founder or group of founders as many other movements do. It has no membership lists. It is a highly diverse collection of individuals, groups and activities - covenant communities, prayer groups, small faith sharing groups, renewed parishes, conferences, retreats, and even involvement in various apostolates and ministries -, often quite independent of one another, in different stages and modes of development and with different emphases, that nevertheless share the same fundamental experience and espouse the same general goals.

  The common thread for the Movement is the ‘baptism of the Holy Spirit’. For many people, this new, powerful, and life-transforming outpouring of the Holy Spirit takes place in the context of a specifically designed seminar called ‘Life in the Spirit’, although many have been ‘baptised in the Spirit’ outside of the seminar.

  The Catholic Charismatic Renewal is present in 238 countries and has touched the lives of over 100,000,000 Catholics. In some countries the number of participants seems to have diminished in recent years, while in other places the number continue to rise at an amazing rate.

 

(sumber : http://www.iccrs.org/CCR%20worldwide.htm)

Kamis, 29 Mei 2008

Medical Checks

Kemarin pagi, Rabu 28 Mei 2008, saya mengantar istri saya ke Laboratorium Prodia Bogor untuk melakukan beberapa pemeriksaan fisik dan air seni sebagai salah satu syarat dari perusahaan Asuransi Jiwa. Waktu datang kesana ternyata Prodia sedang promosi pada bulan Mei 2008, yaitu bulan ulang tahunnya dengan memberikan discount 20%. Saya merasa tertarik pada banner yang ada di ruang tersebut yang menyatakan ada pemeriksaan jantung koroner, untuk melihat kemungkinan stroke dll. Karena tubuh saya cukup gemuk, maka saya pun langsung ingin mengikuti pemeriksaan tersebut, apalagi ’mumpung’ lagi discount 20%.

Waktu dipanggil, ternyata istri saya masih ada sedikit masalah yang harus dibicarakan dulu dengan pihak asuransi, sedangkan untuk saya ternyata ada syarat harus berpuasa dulu sekitar 12 jam. Terpaksa semua rencana batal, dan saya berjanji untuk mempersiapkan diri bagi pemeriksaan besok. Malam ini saya akan puasa.

Hari ini, Kamis 29 Mei 2008, saya dan istri kembali ke Prodia pada sekitar jam 9.00. Waktu menunggu ternyata muncuk Pipin, yaitu Koordinator PDPKK St Maria Fatima, beserta dengan kakaknya. Waktu ditanya mau periksa apa? Pipin menjawab bahwa ia diminta suaminya untuk melakukan pemeriksaan rutin, karena kalau suaminya rajin periksa setiap beberapa bulan sekali, maka Pipin belum pernah diperiksa. Untuk itu hari ini ia pun datang untuk pemeriksaan rutin, bersama dengan kakaknya.

Setalah saya diambil darah, dan sedang menunggu istri, ternyata datang juga ibu Tina, pemilik Tina Salon, yang ternyata juga ingin melakukan pemeriksaan rutin. Ia memang melakukannya secara rutin.

Tiba-tiba saya berpikir untuk memeriksa fisik saja seringkali kita malas melakukannya karena kita merasa tubuh kita sehat dan tidak ada gangguan. Hal yang sama akan lebih terasa bila kita memeriksa bathin atau rohani kita. Banyak orang merasa ah ... kehidupan rohani saya biasa-biasa dan baik-baik saja kok; ke Gereja saya pergi rutin satu minggu satu kali dan berbagai alasan lainnya. Tapi apakah kita sadar bila ada ’sesuatu’ yang mengganjal dalam kehidupan rohani kita, misalnya dosa yang sudah menjadi kebiasaan sehingga kita menganggapnya sebagai dosa ringan. Oh .. .sungguh berbahaya bila kita terlambat mengetahui dan mengatasinya, karena nanti semuanya menjadi sudah sangat terlambat. Marilah kita melakukan pemeriksaan bathin secara rutin, dengan merenungkan perbuatan yang telah kita lakukan sepanjang hari ini, meminta maaf pada Tuhan, dan melakukan Sakramen Pertobatan secara rutin. Mudah-mudahan kita sehat secara fisik dan rohani, sehingga dapat merasakan kasih Tuhan yang selalu melimpah atas kita. Amin !

Merokok Sambil Berdoa atau Berdoa Sambil Merokok

Saya sering melontarkan pertanyaan kepada para mahasiswa atau umat di Persekutuan Doa : “hidup untuk makan” atau “makan untuk hidup”?. Setelah berpikir sejenak, pada umumnya mereka segera menjawab “makan untuk hidup !”. Memang itu jawaban yang benar, karena memang kita memerlukan makanan melalui aktivitas makan, agar kita dapat hidup. Sedangkan “hidup untuk makan” berarti kita hidup hanya untuk makan, setiap saat makan terus, akibatnya perut gendut, dan berbagai penyakit datang.

Sekarang mana yang lebih baik (karena dua-duanya tidak benar) antara “merokok sambil berdoa” atau “berdoa sambil merokok” ? Kalau ‘berdoa sambil merokok’, artinya pada saat sedang acara doa, tiba-tiba karena bosan atau apa pun juga, maka kita keluar untuk merokok dulu. Sedangkan bila “merokok sambil berdoa”, artinya pada saat merokok (atau melakukan pekerjaan apa pun), kita selalu ingat akan Tuhan, dan kita berdoa padanya (baik dalam bentuk lantunan kata-kata di mulut atau hati, ataupun dari sifat fisik kita yang menyembah Tuhan).

Dari kedua pilihan di atas jelas lebih baik “merokok sambil berdoa”. Ini merupakan pilihan terbaik dari dua alternatif yang kurang baik. Yang terbaik tentu saja ”berdoa sambil tidak merokok !”. Dan yang terburuk adalah "tidak berdoa tetapi merokok". Setuju ?

Senin, 19 Mei 2008

Dogma Bunda Maria

Dalam seminar tentang Bunda Maria yang diselenggarakan oleh PDPKK Santa Maria Fatima pada setiap hari Rabu pada Bulan Mei 2008, Pak Alamsyah L, wakil ketua Senatus Dewan Nasional Legio Maria, menjelaskan empat topik mengenai Maria, yaitu :
1. Dogma Bunda Maria
2. Tujuh Duka Maria
3. Devosi yang benar kepada Bunda Maria
4. Ziarah Maria.

Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai materi minggu I, yaitu tentang Dogma Bunda Maria.

Keberadaan Bunda Maria seringkali menjadi bahan gunjingan antara umat Kristen non Katolik (untuk selanjutnya akan kita sebut sebagai orang Kristen), dengan umat Katolik. Orang Kristen mengatakan bahwa orang Katolik menyembah Maria dan mempertuhankan Maria. Tetapi sebenarnya orang Katolik hanyalah menghormati Maria. Banyak sanggahan yang diajukan orang Kristen tentang Maria, yang menurut mereka tidak ada di dalam Alkitab. Hal ini memang benar, tetapi perlu diketahui bahwa iman Katolik tidak bersumber pada Alkitab saja, tetapi masih ada dua sumber lain, yaitu Tradisi Rasuli dan Magisterium Gereja : kuasa mengajar Gereja.

Hal-hal mengenai Maria, memang tidak tertulis dalam Alkitab, tetapi merupakan Magisterium Gereja yang telah menetapkan beberapa ‘dogma’ tentang Bunda Maria. Dogma adalah ajaran Gereja yang kebenarannya harus diterima oleh dan menjadi dasar iman orang Katolik.

Maria Bunda Allah - Theotokos

Dogma ini ditetapkan pada tanggal 1 Januari 431 dalam Konsili Efesus.
Orang Kristen dapat menerima bila dikatakan Maria adalah Bunda Yesus, tetapi mereka tidak dapat menerima bila dikatakan bahwa Maria adalah Bunda Allah. Tetapi umat Katolik mengkaitkan hal ini dengan prinsip ”Tri Tunggal Maha Kudus”. Sehingga dikatakan bahwa Maria adalah Bunda Yesus, tetapi dalam prinsip Tri Tunggal, Yesus itu adalah Tuhan, dan Yesus itu adalah Allah sendiri. Karena itu Gereja Katolik berprinsip bahwa Maria adalah Bunda Yesus, Bunda Tuhan, dan juga Bunda Allah.

Sebagai dasar Alkitabiah, kita dapat melihat pada Yoh 1:1, yang mengatakan pada mulanya adalah Firman, dan Firman itu adalah Allah. Dan pada Yoh 1:14, dituliskan bahwa Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita. Firman itu adalah Yesus. Jadi jelas bahwa Yesus adalah Allah itu sendiri.


Maria Tetap Perawan - Semper Virgo

Dogma ini ditetapkan pada tahun 553 pada saat Konsili Konstantinopel.
Sebenarnya yang dimaksud dengan ’perawan’ disini bukanlah berkaitan dengan ’selaput dara’ tetapi ’perawan’ lebih dikaitkan dengan ’kesucian diri’.

Banyak orang yang mengatakan bahwa Yesus memiliki saudara kandung, misalnya di Mat 12:46, yang berbunyi ”Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibuNya dan saudara-2Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia”.
Tetapi kata ’saudara’ dalam kata Ibrani, Yunani dan juga Bahasa Inggris bukan hanya berarti sebagai saudara dalam arti sempit, tetapi juga berarti saudara dalam arti luas, yang mungkin berarti saudara tiri, sanak saudara, dll.

Dan dalam Konsili Vatican 2 (1962~1965) dinyatakan bahwa kelahiran Yesus tidak me-ngurangi “Keperawanan” Maria, melainkan justru menyucikannya. Jadi Maria tetap Perawan “SEBELUM, SAAT dan SETELAH” melahirkan Yesus.



Maria Dikandung Tanpa Dosa – Maria Immaculata

Dogma ini ditetapkan pada tanggal 8 Desember 1854, oleh Paus Pius IX.
Untuk melahirkan Yesus, pastilah Allah sudah mempersiapkan seorang gadis yang sempurna, tidak berdosa, sehingga rahimnya pun kudus, dan layak untuk digunakan sebagai tempat mengandung Yesus. Allah telah merencanakan segala sesuatunya dengan sempurna, jauh sebelum Maria ada. Allah bisa mengistimewakan seseorang bukan? Apalagi Maria yang sungguh berperan sangat besar bagi karya “Penyelamatan manusia.”
Pada Luk 1:28 : Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata : “Salam, hai engkau yang dikarunia, Tuhan menyertai engkau. Kalimat di atas hanya ditujukan kepada Maria, dan tidak kepada manusia lainnya.


Maria Diangkat ke Surga - Maria Asumpta

Dogma ini ditetapkan pada tanggal 1 Nopember 1950 oleh Paus Pius XII.
Maria yang memegang peranan begitu besar atas Karya Ilahi dan sangatlah dekat dengan Yesus (begitu pun Yesus, sangat dekat, mesra dan menghormati bundaNya; terbukti pada saat mengalami puncak penderitaan di kayu salib, Yesus selalu teringat akan bundaNya dan menginginkan yang terbaik bagi Maria (Yoh 19:26~27). Karena itu pastilah Yesus mengangkat Maria kesurga, supaya selalu dekat padaNya.

Minggu, 18 Mei 2008

T T M

Hari ini, Minggu, 18 Mei 2008, sekitar jam 8.00 saya mendapat sms dari teman yang isinya : “Today is TTM day …”. Waktu baca kalimat tersebut, timbul pertanyaan dalam hati, apa maksud dari si pengirim sms tersebut. Dalam kepala saya terlintas bahwa TTM itu adalah Teman Tapi Mesra, seperti judul lagu yang populer dari Ratu (Maia dan Wulan).
Tapi waktu lanjutan sms itu saya baca lagi, isinya “… Wish TTM fill your days with full of love, joy, spirit, power … JLU”. Oh ternyata maksudnya jelas bukan Teman Tapi Mesra, tetapi pasti ada sesuatu yang lain. Seketika itu juga terlintas TTM itu pasti Tri Tunggal Mahakudus, dan memang ternyata tanggal 18 Mei 2008 memang merupakan hari peringatan TTM (saya pakai singkatan ini aja yah …).

Waktu jam 11.00 saya mengikuti Misa di Katedral Bogor, Rm. Alforns Sebatu, Pr. dalam kotbahnya mengatakan bahwa Tri Tunggal Mahakudus itu sulit, bahkan dapat dikatakan tidak dapat dijelaskan dengan logika. Tetapi yang pasti beliau mengatakan bahwa Tri Tunggal Mahakudus itu adalah Allah yang mengasihi kita semua, yang masih berdosa, yang masih suka korupsi, yang masih suka selingkuh, dan lain sebagainya. Karena itu bila anda merasa kurang dikasihi, maka percayalah bahwa Allah tetap mengasihimu. Bila anda merasa berdosa dan tidak pantas di hadapan Allah, percayalah Allah tetap mengasihimu, dan Ia akan menerimamu dengan tangan terbuka.

Kesimpulan yang dapat saya tarik ternyata Tri Tunggal Mahakudus (TTM dengan huruf besar) itu memang juga merupakan ttm (ttm dengan huruf kecil, teman tapi mesra) juga bagi kita semua. TTM sungguh mau menjadi teman bagi kita semua yang berdosa, dan Ia dengan selalu bersikap mesra kepada kita, karena Ia selalu mengasihi kita.
Marilah kita perkenalkan TTM kepada orang-orang yang belum mengenalNya, dan buat TTM menjadi lebih populer dari ttm.

Kosong Tiga Bulan

Blog ini memang selama hampir tiga bulan belum saya up-date lagi. Hal ini karena berbagai alasan, antara lain karena selama ini saya mengikuti pelatihan selama 14 hari penuh, yang dilaksanakan dua minggu sekali setiap akhir pekan (Kamis sampai dengan Minggu, dari pagi sampai sore, bahkan kadang sampai malam). Sehingga jadwal mengajar saya pun terpaksa jadi agak sedikit berantakan, dan saya kerepotan untuk mengatur waktu penggantian kuliah. Tetapi sekarang semuanya sudah selesai, walaupun masih ada satu tugas yang harus dikumpulkan pada akhir Mei, dan ada tugas untuk tampil di hadapan umum pada akhir Agustus.

Selama 14 hari tersebut, saya mengikuti pelatihan Master NS/NLP Practitioner yang diselenggarakan oleh MetaMind, dengan instruktur ibu Mariani Ng. Peserta pelatihan berjumlah sembilan orang, lima orang dari Jabotabek, tetapi yang lainnya berasal dari Mataram, Surabaya, Semarang, dan Yogyakarta. Saya sunggul salut dengan teman-teman dari jauh ini, karena mereka biasanya tiba hari Kamis pagi, atau sehari sebelumnya, dan sebagian langsung pulang ke kota masing-masing pada hari Minggu malam, setelah selesai pelatihan.

Banyak hal yang kami dapat selama pelatihan tersebut, dan juga selama berinteraksi dengan seluruh peserta, serta pengajar tamu Pak Pras (Prasetya M. Brata). Semoga ilmu yang telah dipelajari dapat kita terapkan di bidang kita masing-masing. Amin.

Minggu, 17 Februari 2008

KuasaMu Sungguh Luar Biasa ...

Kemarin waktu melihat-lihat isi harddisk di komputer saya, saya menemukan sebuah file film .flv yang pernah saya download dari http://www.youtube.com/watch?v=G1QaCeosUmw yang ternyata sungguh luar biasa. Dalam video tersebut dikisahkan seorang anak bernama Ben yang pada usia 3 tahun mengalami kanker mata, sehingga dengan terpaksa ke dua bola matanya harus diangkat, sehingga ia menjadi anak yang buta.

Ben berkata kepada ibunya : “Bu, sekarang saya tidak dapat melihat apa-apa lagi !”. Ibunya mengatakan : “Ben, kamu masih dapat melihat dengan menggunakan tangan”, lalu sang ibu menggenggam tangan Ben dan meletakkan dimukanya. “Kamu juga dapat melihat dengan menggunakan hidungmu untuk mencium dan menggunakan telingamu untuk mendengar sesuatu.”

Dan sungguh ajaib suatu hari Ben mengatakan pada ibunya bahwa di depan ada gedung yang tinggi, padahal ia belum pernah diajak ke tempat tersebut sebelumnya. Sejak saat itu Ben dapat mendengarkan pantulan suara-suara dari berbagai benda yang ada di sekelilingnya. Ia dapat turun dari loteng rumahnya seperti orang normal, tanpa pegangan rail tangganya. Ia dapat memasukkan bola baske ke keranjangnya, bahkan ia dapat naik sepeda ke jalan raya.

Walaupun Ben menggunakan bola mata palsu, tetapi ternyata ia tetap dapat melihat secara luar biasa. Semua ini semata-mata karena kasih dan kuasa Tuhan yang sangat luar biasa. ...

Makna Cap Go Meh bagi Umat Katolik

Perayaan Cap Go Meh itu ternyata banyak kembangannya. Perayaan di Indonesia mungkin sudah berbeda dengan perayaan di Taiwan, Hongkong, atau RRC sekali pun. Dalam seminar Cap Go Meh yang diselenggarakan PDPKK St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus pada hari Kamis, 14 Februari 2008, Rm. Hendra Suteja, SJ mengatakan bahwa sebenarnya perayaan Cap Go Meh itu merupakan perayaan hadirnya terang / bulan purnama yang pertama setelah musim semi (Imlek), yang dirayakan dengan makan onde yang berisi wijen, memasang lentera beraneka ragam, memasang kembang api dan petasan. Semua aktivitas tersebut dapat dengan leluasa diikuti oleh seluruh umat Katolik. Kita boleh berperan serta dalam kebahagiaan umat lain (Kong Hu Cu dan Budha) yang sedang merayakan Cap Go Meh tersebut.

Dalam perkembangan selanjutnya ternyata perayaan Cap Go Meh mulai terkait dengan mengundang ‘Dewa Kemakmuran’ untuk datang memberikan rejeki kepada umat-umat yang menantikannya di bumi. Di Bogor khususnya juga ada perayaan injak bara, potong lidah, gotong Toa Pe Kong dan lain-lain. Perayaan yang seperti ini boleh ditonton, tapi tidak boleh diikuti, terutama potong lidah dan injak bara.

Waktu ditanya apakah umat Katolik boleh tidak menggotong Toa Pe Kong. Rm. Hendra dengan tenanga menjawab, bahwa selama intensi kita murni, ya ga apa-apa ikut menggotong karena tujuannya hanya untuk meramaikan. Tetapi jangan punya maksud … ah saya mau menggotong, jangan-jangan (atau siapa tahu) nanti saya dapat rejeki. Nah kalau ada maksud / intensi yang seperti ini bisa berbahaya. Janganlah ikut menggotong.

Artinya kalau kita memiliki iman yang kuat, silahkan ikut, tetapi bila tidak sebaiknya jangan !

Di Surga Sekarang

Artikel ini saya peroleh dari milis Shekinah_sep yang dikirimkan oleh ibu Lenny Indah.


Saya berdiri di sana dengan sembunyi-sembunyi, seorang pendeta Protestan dalam pakaian preman, menyelinap masuk ke bagian belakang sebuah kapel Katolik di Milwaukee untuk menyaksikan Misa Kudus saya yang pertama. Rasa ingin tahu telah membawa saya kesana, dan saya masih ragu bahwa ini adalah rasa ingin tahu yang sehat.
Selama mempelajari tulisan-tulisan umat Kristen perdana, saya menemukan referensi yang tak terhitung banyaknya kepada "LITURGI", "EKARISTI", "KURBAN".

Bagi umat Kristen perdana tersebut, Alkitab, buku yang paling saya cintai, tidak bisa terlepaskan dari acara ritual yang sekarang ini oleh umat Katolik disebut sebagai "Misa Kudus".

Saya ingin memahami pemikiran umat Kristen perdana, akan tetapi saya tidak punya pengalaman sedikitpun menyangkut liturgi. Jadi saya membujuk diri saya sendiri untuk pergi dan melihat, semacam latihan akademis, tetapi dengan tetap bersikeras bahwa saya tidak akan berlutut ataupun ikut mengambil bagian dalam penyembahan berhala ini.

Saya mengambil tempat duduk di bagian yang terlindung, di barisan yang paling belakang dari kapel di lantai dasar tersebut. Di depan saya ada sekelompok umat Katolik yang lumayan jumlahnya, laki-laki dan perempuan dari segala umur. Sikap mereka sewaktu berlutut mengesankan saya, seperti juga agaknya konsentrasi mereka sewaktu berdoa. Kemudian sebuah bel berbunyi dan mereka semua berdiri ketika imam (romo/ father) muncul dari pintu yang terletak di samping altar.

Tidak tahu mesti berbuat apa, saya tetap duduk. Selama bertahun-tahun sebagai evangelis dari aliran Calvinis, saya telah diajarkan untuk percaya bahwa Misa Kudus adalah penghinaan terbesar yang dilakukan oleh manusia (terhadap iman Kristiani).
Saya telah diajarkan bahwa Misa Kudus adalah ritual yang dibuat untuk "mengurbankan kembali Yesus Kristus." Jadi saya akan tetap sebagai seorang pengamat. Saya akan tetap duduk dengan Alkitab saya terbuka di samping saya.

DIPENUHI AYAT-AYAT ALKITAB

Akan tetapi, sewaktu Misa berlangsung sesuatu membuat saya tersadar. Alkitab saya tidak hanya berada di samping saya. ALKITAB BERADA DI DEPAN SAYA - DALAM KATA-KATA DALAM MISA KUDUS!
SATU AYAT DARI KITAB YESAYA, SATU LAGI DARI KITAB MAZMUR, SATU LAGI DARI SURAT RASUL PAULUS. Pengalaman ini SUNGGUH LUAR BIASA!
Saya ingin menghentikan mereka dan berteriak, "HEI, BOLEHKAH SAYA MENJELASKAN APA YANG SEDANG TERJADI DISINI DARI KITAB SUCI? INI
SUNGGUH-SUNGGUH HEBAT !!!"
Tetapi, saya tetap menjaga status saya sebagai pengamat.
Saya tetap berada di luar lapangan sampai saya mendengar imam mengucapkan kalimat konsekrasi: "INILAH TUBUHKU.... INILAH PIALA DARAHKU."

Lantas saya merasakan bahwa segala keragu-raguan saya sirna sudah. Sewaktu saya melihat imam mengangkat hosti yang berwarna putih tersebut, saya merasakan suatu doa mencuat dari dari dalam hati saya dalam sebuah bisikan: "YA TUHANKU DAN YA ALLAHKU. SUNGGUH-SUNGGUH ENGKAULAH ITU!"

Mungkin anda bisa menyebut keadaan saya pada waktu itu seperti orang tuna-daksa, terkesima tak mampu berbuat apa-apa. Saya tidak bisa membayangkan kesukacitaan yang lebih besar daripada apa yang telah diperbuat oleh kata-kata tersebut terhadap saya.
Akan tetapi pengalaman itu semakin memukau hanya sejenak berikutnya, ketika saya mendengar seluruh umat mengucapkan: "ANAK DOMBA ALLAH..... ANAK DOMBA ALLAH..... ANAK DOMBA ALLAH....," dan sang imam menjawab, "INILAH ANAK DOMBA ALLAH......." sambil mengangkat HOSTI itu.

Hanya dalam waktu kurang dari satu menit, kalimat "ANAK DOMBA ALLAH" telah
bergema empat kali. Selama bertahun-tahun mempelajari Alkitab, saya dengan serta-merta tahu dimana saya berada saat ini.
SAYA SEDANG BERADA DALAM KITAB WAHYU, dimana Yesus dipanggil dengan
sebutan ANAK DOMBA tidak kurang dari dua puluh delapan kali sepanjang dua puluh dua pasal dalam Kitab Wahyu. Saya sedang berada di PERJAMUAN KAWIN yang dijelaskan oleh Rasul Yohanes pada bagian akhir kitab yang terakhir dari Alkitab.
Saya sedang berada di hadapan TAHTA SURGA, dimana Yesus dipuji-puji untuk
selama-lamanya sebagai ANAK DOMBA. Saya sungguh tidak siap untuk menerima kenyataan ini, SAYA SEDANG BERADA DALAM MISA KUDUS !!!

DEMI ASAP SUCI !!!

Saya kembali menghadiri Misa pada hari berikutnya dan pada hari berikutnya dan pada hari berikutnya. Setiap kali saya kembali, saya akan "menemukan" lebih banyak lagi Kitab Suci terpenuhi di depan mata kepala saya. Akan tetapi tidak ada kitab lain yang lebih nyata bagi saya, di kapel yang agak remang-remang tersebut, selain Kitab Wahyu, yang menggambarkan para malaikat dan orang kudus menyembah di surga.
Seperti di dalam kitab Wahyu, demikian juga pula di dalam kapel itu, saya melihat IMAM YANG MEMAKAI JUBAH, sebuah ALTAR, KONGREGASI UMAT yang
berseru "KUDUS, KUDUS, KUDUS!". Saya melihat kepulan ASAP DUPA.
Saya mendengar SERUAN PARA MALAIKAT DAN ORANG KUDUS. Saya sendiri ikut menyanyikan Alleluya, karena saya telah ditarik lebih dalam lagi daripada sebelumnya ke dalam ibadat ini. Saya terus duduk di bangku bagian belakang dengan Alkitab, dan saya nyaris tidak tahu harus memperhatikan yang mana - kepada peristiwa-peristiwa dalam Kitab Wahyu atau kepada aksi yang terjadi di altar. Makin lama, keduanya makin tampak menyerupai satu dengan yang lain.

Saya membenamkan diri dengan semangat baru yang meluap-luap untuk mempelajari Kristen pada awalnya dan saya menemukan bahwa uskup-uskup yang paling pertama, yaitu para BAPA GEREJA, telah mendapatkan "penemuan" yang sama seperti yang saya
dapat setiap pagi (sewaktu menghadiri Misa Kudus).


Mereka berpendapat bahwa KITAB WAHYU adalh KUNCI BAGI LITURGI dan bahwa
LITURGI adalah KUNCI BAGI KITAB WAHYU. Sesuatu yang sangat luar biasa sedang terjadi terhadap saya sebagai seorang teolog dan umat Kristen. Buku dalam Alkitab yang bagi saya paling sulit dimengerti - yaitu Kitab Wahyu - saat ini justru menerangi ide-ide yang paling fundamental dari iman Kristen: ide tentang PERJANJIAN sebagai ikatan yang kudus keluarga Allah.


Lebih jauh lagi, aksi yang sebelumnya saya anggap sebagai penghinaan terbesar terhadap Allah, yaitu Misa Kudus, sekarang justru adalah ritual yang mengokohkan PERJANJIAN DENGAN ALLAH.

"INILAH PIALA DARAHKU, DARAH PERJANJIAN YANG BARU DAN KEKAL".

Saya sungguh merasa kewalahan dengan segala hal yang baru ini. Selama bertahun-tahun saya telah mencoba untuk memahami Kitab Wahyu sebagai semacam pesan rahasia yang tersembunyi tentang hari kiamat, tentang penyembahan di surga yang nun jauh, tentang sesuatu yang tidak bisa dialami oleh umat Kristen selama mereka masih di dunia ini.
Sekarang, setelah dua minggu menghadiri Misa setiap harinya, saya merasa ingin bangkit berdiri selama liturgi berlangsung dan berseru, "PERHATIAN SEMUANYA !!! KALAU BOLEH SAYA INGIN MEMBERITAHUKAN DIMANA ANDA BERADA
SEKARANG INI DALAM KITAB WAHYU !!! LIHAT PASAL EMPAT AYAT DELAPAN. ANDA SEKARANG SEDANG BERADA DI SURGA !!!"

---------------------------------

Disadur dari buku "The Lamb's Supper" karangan Prof. Dr. Scott Hahn.
Beliau dulunya adalah seorang pendeta denominasi Prebyterian, yang sangat brilian, yang lewat studi Alkitab, percaya bahwa Gereja Katolik sebagai Gereja yang didirikan Yesus Kristus sendiri, tiang dan pondasi kebenaran.
Beliau masuk Katolik pada pertengahan 1980-an dan buku-bukunya maupun kesaksiannya merupakan kaset/buku terlaris di Amerika Serikat dan terus menjadi sumber inspirasi bagi mereka yang mengikuti jejak langkahnya ke dalam Gereja Katolik.
Diterjemahan oleh Jeffry Komala

Sabtu, 09 Februari 2008

Pedoman Kekudusan

Jangan Lakukan (Don’t)

  • Menyukai DUKUN (Duit, Kuasa, dan Nikmat)
  • Hindari DANGDUTAN (Daging, Dunia dan Setan)
  • Menyukai HARTAWAN (Harta, Tahta dan Wanita)
  • Selalu SENDU (Senang Duit)
  • Dilarang HITAM (Hina Terhadap Musuh) dan MERAH (Membuat Marah)
  • Jangan pakai SEDAN (Selalu Dunia Akhirat Nanti) atau MOBIL (Materi, Otoritas, Bisnis dan Ilmu)
  • Marah

Lakukan (Do)

  • Jadilah SANGKULI (Sangkal Diri, Pikul Salib, Ikuti Yesus)
  • Perbanyak DUIT (Doa, Usaha, Iman dan Takwa)
  • Selalu PUTIH (mamPU Terus mengasIHi)
  • Gunakan DOKAR (Doa dan Karya)
  • Ramah

Semangat Membaur

Dalam kehidupan bernegara, dikatakan bahwa orang Kristen tidak mau membaur dan bersama-sama membangun negara ini. Bila dilihat dari suku bangsa, sering dikatakan bahwa orang Cina tidak pernah berbaur dengan penduduk asli Indonesia. Di Gereja Katolik sendiri pun sering dikatakan bahwa ada kelompok tertentu yang merupakan kelompok eksklusif yang tidak mau membaur dengan Gereja. Apakah semua ini benar dan bagaimana tindakan yang harus kita lakukan?

Marilah kita lihat pembauran dalam Gereja Katolik sendiri. Gereja Katolik memiliki kekayaan yang luar biasa, dari segi seni musik, lagu, kegiatan rohani yang tercermin dalam berbagai kelompok kategorial yang ada. Semua menggambarkan keanekaragaman Gereja Katolik, bahkan bahasa dan budaya daerah setempat pun dapat diadaptasi ke dalam perayaan Ekaristi, sehingga menggambarkan ciri khas daerah itu.

Tetapi anehnya ada beberapa kelompok kategorial yang keberadaannya belum dapat diterima, salah satunya adalah kelompok Karismatik Katolik. Banyak tokoh-tokoh Gereja (antara lain Pastor dan anggota Dewan Paroki) yang terkesan anti terhadap kelompok ini. Bagi mereka (maaf ini hanya oknum), kelompok Karismatik itu adalah kelompok orang-orang aneh yang eksklusif. Mereka alergi terhadap kegiatan persekutuan doa Karismatik yang ‘aneh’ dan dinilai tidak ‘liturgi’ (padahal memang kegiatan persekutuan doa itu bukan perayaan Ekaristi yang memang harus mengikuti tata cara liturgis tertentu). Ada Romo yang selalu menolak bila diminta untuk memberikan renungan di persekutuan doa, dan ada juga anggota Dewan Paroki yang menolak kegiatan berbau karismatik di lingkungannya. Padahal sebenarnya kegiatan Karismatik sendiri telah lebih dari 40 tahun diakui Gereja Katolik, dan keberadaannya di Indonesia sendiri sudah lebih dari 30 tahun.

Sekarang marilah kita bandingkan dengan gerakan sekelompok massa dari Cianjur, Bandung, dan Tasik yang beberapa hari lalu (pertengahan Juli 2007) mengepung Lembah Karmel di Cikanyere. Mereka menolak dilaksanakannya Konvensi Internasional KTM disana. Pada intinya mereka tidak menginginkan adanya kegiatan rohani lain yang tidak sesuai dengan iman mereka, karena itu dengan segala cara mereka menentang keberadaan Lembah Karmel. Jelas hal ini tidak menggambarkan suatu persatuan, tidak ada pembauran antara umat satu agama dengan umat beragama lain. Padahal kita tahu bahwa dasar negara kita adalah Pancasila, yang memberikan kebebasan beragama bagi seluruh penduduknya. Tapi kenyataannya, anda tahu sendiri kan.

Apakah dalam bentuk yang lebih halus, penolakan ‘oknum’ Gereja terhadap kegiatan suatu kelompok kategorial berbeda dengan kegiatan umat yang mendemo di Cikanyere tersebut? Para tokoh ini dengan sengaja ‘menghambat’ (bukan menentang) kegiatan kelompok tertentu (yang sebenarnya diakui oleh Gereja Katolik), karena mereka menganggap kelompok tersebut ‘berbeda’ dengan pandangan/kelompok saya. Hal ini jelas menghambat semangat pembauran di dalam Gereja sendiri. Untuk itu marilah seluruh tokoh Gereja Katolik (di Indonesia, di Keuskupan Bogor, dan khususnya di Katedral Bogor) untuk mengayomi dan membina semua kelompok yang ada. Contoh menarik yang dapat ditiru adalah pendapat salah seorang Pastor Kepala Paroki : ”Sebagai Pastor Kepala Paroki, saya harus mengayomi, membina dan memperlakukan setiap kelompok kategorial dengan sama, walaupun mungkin secara pribadi saya tidak terlalu ‘sreg’ dengan suatu kelompok tertentu !”.

Salah satu prinsip pembauran adalah menghargai perbedaan yang ada. Membaur bukan berarti membuat diri kita menjadi sama dengan yang lain. Misalnya dulu bangsa Israel/Yahudi merupakan bangsa pilihan Allah, karena itu bangsa lain tidak pantas untuk menerima keselamatan. Tetapi dalam perkembangannya keselamatan itu milik semua bangsa, apalagi bangsa Israel sendiri menolak keberadaan Yesus Kristus sebagai juru selamat. Paulus pun memperjuangkan umat yang bukan Yahudi agar mendapat perlakuan sama dengan orang Yahudi yang telah disunat. Berkat perjuangan Paulus, maka umat lainnya dapat diakui keberadaannya, dan dianggap setara dengan orang Yahudi (lihat Kis 15:1-21).

Salah satu contoh dalam pembauran adalah Ibu Theresa. Dia bukan orang India, tetapi mau melayani orang-orang terendah di India, yang seringkali oleh bangsanya sendiri pun sudah dianggap bukan manusia lagi. Apakah beliau hanya melayani umat Katolik ? Jelas tidak ! Yang dia layani mayoritas beragama Hindu. Ibu Theresa tidak membeda-bedakan bangsa, agama dan berbagai hal lainnya; bagi beliau semua manusia sama, mereka adalah ciptaan Tuhan, yang harus juga dikasihi oleh kita semua. Ibu Theresa adalah tokoh pembauran yang luar biasa.

Bila kita kembali ke kehidupan bermasyarakat di Indonesia, maka walaupun seringkali kita, sebagai orang Kristen, tidak diterima oleh sebagian besar saudara-saudara kita yang menjadi mayoritas di negara ini, kita tidak boleh melawan dan bertentangan dengan mereka, tetapi jangan juga menutup diri. Karena semua hal tersebut bertentangan dengan semangat cinta kasih yang diajarkan sendiri oleh Tuhan Yesus. Kita tetap harus berusaha untuk bermasyarakat dengan baik, melaksanakan seluruh kewajiban sebagai warganegara yang baik (ingat Yesus sendiri menganjurkan untuk tetap membayar pajak kepada Kaisar dalam Mat 22:15-22). Umat Kristen harus memiliki semangat pembauran, dan bersedia untuk terus membuka diri untuk menerima dan menghormati perbedaan. Coba bayangkan bagaimana bila di dunia ini tidak ada perbedaan, semua orang bermuka sama, berprilaku sama, hobi sama ... oh sungguh membosankan dunia ini.

Tuhan, terimakasih atas perbedaan yang telah kau ciptakan di dunia ini. Dengan demikian kami dapat belajar untuk melihat perbedaan, dan menghargai orang lain yang berbeda dengan kami. Bahkan dengan semangat kasihMu, kami harus terus mengasihi, menolong dan membantu siapa saja tanpa memandang bulu. Amin.

Catatan :

Artikel ini pernah dimuat di majalah Berita Umat Paroki Katedal Bogor tahun 2007.

Kamis, 07 Februari 2008

Acara PD SMF Februari 2008

Rabu pertama di bulan Februari 2008 bertepatan dengan Rabu Abu (tanggal 6 Februari 2008), karena itu untuk minggu pertama PD libur dan tidak ada kegiatan. Acara untuk minggu berikutnya adalah :

  • Tanggal 13 Februari 2008, acara akan diisi oleh renungan dengan tema “Berubah Total karena Kasih Allah” y ang akan disampaikan oleh Fr. Maxi.
  • Tanggal 20 Februari 2008, Bapak Endi Raharja (mantan Koordinator BPPKK KAJ) akan menyampaikan renungan dengan tema “Mengasihi Lebih Sungguh”.
  • Tanggal 27 Februari 2008 sampai dengan 26 Maret 2008 (lima kali pertemuan), akan diselenggarakan seminar Doa Penyembuhan Pribadi (DPP) dengan susunan acara sbb. :
    • 27 Feb : Doa Penyembuhan Rohani - D. Agus Goenawan
    • 05 Mar : Doa Penyembuhan Jasmani - Achsen Gumelar
    • 12 Mar : Doa Penyembuhan Bathin = Gerard Pola
    • 19 Mar : Doa Penyembuhan atas Kuasa Kegelapan - Edith Witoha
    • 26 Mar : Penyembuhan melalui Ekaristi - Rm. Sumardiyo, Pr.

Minggu, 27 Januari 2008

Meraih Kehidupan Baru

Materi yang disampaikan untuk Mimbar Agama Katolik di RRI Bogor 99.35 FM pada tanggal 09 Januari 2008, Jam 14.00 – 14.30

Pada suasana yang masih masa Tahun Baru, karena hari ini baru hari ke-9 di Tahun 2008, maka saya memilih topik yang terkait dengan itu, yaitu Meraih Kehidupan Baru.

Biasanya kehidupan baru kita ungkapkan pada saat ada teman yang menikah. Pada saat itu kita mengatakan :”Selamat Menempuh Hidup Baru”. Sebenarnya kehidupan baru sangat tepat diungkapkan kepada bayi yang baru lahir, karena ia sebenarnya memang baru hidup dan mengalami hidup baru, keluar dari rahim ibunya. Mungkin dapat juga diungkapkan ke orang yang meninggal, karena ia pun mengalami hidup baru. Tetapi mungkin ucapan ini terlambat untuk diterima yang bersangkutan, karena sudah berada di alam lain.

Hidup Baru yang kita bahas sekarang, bukanlah hidup baru secara fisik, tetapi kehidupan rohani yang baru, yaitu ketika kita mengalami suatu perubahan, sehingga arah dan tujuan hidup kita berubah. Untuk melihat beberapa prinsip untuk meraih kehidupan baru, maka marilah kita lihat bacaan dari Mat 9:16-17, yang berbunyi demikian :

Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya.
Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya."

Prinsip pertama : Bersihkan hidupmu !

Analogi dari prinsip ini adalah lemari tempat menyimpan baju anda semua. Jika lemari anda sudah penuh dengan baju-baju lama, yang mungkin sebagian sudah tidak terpakai karena kekecilan atau modelnya tidak cocok, maka anda tidak dapat memasukkan baju-baju baru yang anda beli ke dalamnya. Bila dipaksa untuk dimasukkan, akibatnya semua baju akan menjadi ‘kucel’, terlipat-lipat.

Jadi jika ada hal baru, yaitu prinsip baru, yang ingin dimasukkan ke dalam hidup kita, maka kita harus memberi tempat kepadanya, dengan cara membuang prinsip-prinsip kehidupan lama yang sudah tidak berguna lagi. Untuk meraih kehidupan baru dari Tuhan, maka kita harus meninggalkan / membuang kehidupan lama yang tidak berkenaan bagi Tuhan. Hal ini dapat kita lakukan dengan melakukan pertobatan !

Banyak definisi mengenai pertobatan, karena pertobatan setiap orang bersifat unik, dan berbeda dengan orang lain. Secara sederhana saya ingin mendefinisikan tobat dengan menggunakan dua singkatan berikut :

Bertobat = berubah total berkat anugerah Tuhan.

Artinya bertobat itu bukan berubah sebagian-sebagian, tetapi total, atau berubah 180 derajat. Bila dulu kita mengarah kepada yang gelap, maka sekarang kita mengarah kepada yang terang.

Pertobatan itu bukan usaha manusia, tetapi semata-mata adalah anugerah dari Tuhan. Pertobatan terjadi karena kuasa Roh Kudus yang bekerja pada kita. Misalnya kita ingat pertobatan Saulus yang mengejar-ngejar orang Kristen, menjadi Paulus yang malahan memperkenalkan Kristus ke banyak orang. Semua dapat terjadi karena anugerah Tuhan.

2. Taubat = tidak akan ulangi perbuatan terkutuk / tercela.

Singkatan ini diungkapkan oleh Rm. Sumardio, Pr. Maksudnya tobat itu bukan mau berubah, dengan mengakui kesalahan, misalnya dengan menerima sakramen pengakuan dosa, tetapi beberapa hari kemudian melakukan dosa yang sama. Minggu depan mengaku dosa lagi, dan seterusnya. Ini bukan tobat, tetapi tomat, yaitu tobat dan kumat.


Pertobatan membutuhkan komitmen dari diri kita untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Tetapi bila kita bersalah kembali (secara tidak sengaja), maka jangan segan-segan untuk bangun kembali, dan terus memperbaiki diri. Selama kita hidup di dunia ini memang banyak godaan, dan kita memiliki kedagingan yang membuat kita lemah. Hal ini dikatakan oleh Rasul Paulus dalam Roma 7:18-19, yang berbunyi demikian : “
Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.

Prinsip kedua : Perbaharui Hidupmu !

Manusia pada prinsipnya sulit untuk berubah terhadap hal-hal yang menyenangkan bagi dirinya. Ada orang yang sulit tidur bila ia tidak membawa bantal kesayangannya, sehingga bila ia pergi ke luar kota, maka bantal tersebut, yang mungkin saja sudah berumur belasan tahun, selalu dibawanya. Hal ini merupakan ketergantungan yang menyebabkan kita sulit untuk menerima hal baru.

Karena marilah kita ubah pola pikir, kebiasaan kita agar pertobatan yang telah kita lakukan tidak sia-sia. Untuk meraih kehidupan baru kita harus berani keluar dari comfort zone (daerah yang menyenangkan), untuk mencari tempat lain yang memiliki tantangan tetapi akan memberikan hasil yang jauh lebih baik. Waktu Yesus memanggil murid-muridNya yang pertama, Ia mengatakan : "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." (Luk 5:4).

Untuk itu kita butuh komitmen yang keras untuk meninggalkan kehidupan lama yang menyenangkan dan meraih kehidupan baru bersama Tuhan. Kita harus berusaha terus menerus memperbaharui diri untuk menjadi orang Kristen yang baik, dalam pengertian lain kita harus terus bertumbuh dalam iman.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Benih tanaman yang baru tumbuh, harus diberi pupuk, disirami air, dan dirawat terus menerus agar dapat tumbuh menjadi pohon yang besar. Demikian juga dengan iman kita, bila baru lahir, maka harus dipelihara, agar tidak mati, sehingga dapat bertumbuh dengan sehat. Untuk itu kita harus melakukan beberapa hal berikut :

  1. Membaca Alkitab setiap hari
  2. Berdoa secara rutin
  3. Berkomunitas
  4. Memberi kesaksian
  5. Melayani

Pada awal tahun yang baru ini, marilah kita lakukan hal tersebut secara rutin untuk meraih kehidupan baru, dan menjadi anak-anak Allah. Semoga tahun 2008 membawa berkat dan rahmat yang berlimpah bagi kita sekalian. Amin !

Syarat Pertobatan

  • Tinggalkan / hancurkan segala sesuatu yang menghalangi hubungan kita dengan Tuhan, yaitu dangdutan, yang merupakan singkatan dari daging, dunia, dan setan.
  • Jadilah sangkuli (sangkal diri, pikul salib, dan ikuti Yesus), seperti yang tertulis dalam Mat 16:24 dan Luk 9:23.
    Pendiri Ordo Yesuit, Santo Ignatius, pernah bilang : kaya atau miskin tidak penting, yang penting ialah mengikuti kehendak Allah.

    Yer 20:8b : diejek dan dihina karena memberitakan Firman Tuhan.
  • Terima Yesus sebagai Tuhan dan Jurus Selamat pribadi, artinya anda harus memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan, dan telah merasa diselamatkan olehNya.
    Tidak cukup bila kita berpendapat, bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat manusia.
  • Jaga kesucian / kekudusan, karena tubuh kita dalah bait Allah (lihat 1 Kor 3:16).
  • Jadilah Injil ke 5, artinya kita harus menjadi kabar baik itu sendiri.
  • Jadilah mirip dengan Yesus.
    Mungkin mustahil menjadi seperti Yesus, tetapi yang penting jadikanlah Dia sebagai idola kita, dan kita harus semakin mirip dengan Dia dari hari ke hari, seperti yang tertulis dalam Mat 5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.

Minggu, 06 Januari 2008

Acara PD SMF Januari 2008

Menyambut tahun 2008, acara PD Santa Maria Fatima akan dibuka dengan Misa syukur yang akan dipersembahkan oleh Rm. AHY Sudarto, Pr. pada tanggal 9 Januari 2008, yang kemudian akan dilanjutkan dengan acara ramah tamah bersama seluruh umat yang hadir. Sedangkan pada hari Rabu, 2 Januari 2008, kegiatan PD masih libur.

Acara untuk minggu-minggu selanjutnya adalah :

  • Tanggal 16 Januari akan diisi dengan renungan yang akan disampaikan oleh Sinta Soerio dari KAJ dengan tema : “Maximize Your Life !”.
  • Tanggal 23 Januri akan diisi dengan renungan yang akan disampaikan oleh Ibu Lanny Pola dari KAJ dengan tema : “Memperoleh Kekuatan untuk Meraih Kemenangan”.
  • Tanggal 30 Januari akan diisi oleh Bapak Joppy Taroreh yang akan membahas mengenai “Keluarga yang Diberkati Tuhan”.

Knowing - Doing Gap


Pertengahan Desember 2007 yang lalu, waktu saya mengajar Knowledge Management untuk mahasiswa STIE Triguna Bogor, ada satu topik yaitu “Knowing – Doing Gap”, yang menyatakan bahwa pada umumnya walaupun perusahaan telah memiliki sumber informasi, tetapi yang dilakukannya adalah hal yang sebaliknya.

Waktu saya menjelaskan materi tersebut, tiba-tiba saya menjadi mengerti apa yang dimaksud dengan Rasul Paulus pada Roma 7:19, yang berbunyi : “Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.” Rasul Paulus tahu apa yang hendak ia lakukan, yaitu sesuai dengan perintah Tuhan. Tetapi ternyata seringkali yang ia lakukan adalah hal sebaliknya yang bertentangan dengan Firman Tuhan.

Hal inilah yang sering juga kita lakukan. Perintah Tuhan telah ada di kepala kita, yang melarang kita untuk berbuat jahat. Tetapi yang kita lakukan adalah hal sebaliknya, bukan perintah Tuhan yang kita ikuti, tetapi nafsu kedaginganlah yang kita lakukan.

Untuk itu marilah kita membuang gap antara yang kita lakukan dengan yang kita ketahui (knowing doing gap). Kalau kita tahu bahwa yang kita lakukan itu bertentangan dengan FirmanNya, maka janganlah kita tetap melakukannya, Marilah kita belajar untuk hidup suci, agar kita menjadi kudus dan layak untuk bersekutu denganNya di Surga.

Meneladani Kepemimpinan Yesus

Materi ini disampaikan sebagai renungan di PDPKK Santa Maria Fatima Bogor pada tanggal 03 September 2007.
oleh : Maryati Surya dan D. Agus Goenawan

Kepemimpinan adalah

  • proses mempengaruhi cara berpikir, perilaku atau perkembangan orang lain untuk mencapai tujuan hidupnya.
  • merupakan hasil proses perubahan karakter (transformasi internal dalam diri seseorang)
  • dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpin

Kepemimpinan yang dilakukan Yesus merupakan suatu siklus transformasi :

  • dimulai dengan kepemimpinan personal,
  • kemudian memimpin orang lain dalam hubungan satu per satu,
  • berlanjut memimpin satu kelompok, akhirnya
  • memimpin suatu organisasi atau masyarakat.

Model kepemimpinan Yesus berdasarkan pada Yohanes 10 : Gembala yang baik :

  • Ayat 3, 14 : pengenalan timbal balik sehingga komunikasi kasih lebih mudah terjadi
  • Ayat 4 : “pembuka jalan”
  • Ayat 10 : pemberi kekuatan dan harapan
  • Ayat 11 : rela berkorban, berorientasi pada kesejah-teraan yang dipimpin
  • Ayat 16 : mau membantu yang lain

Yesus melayani domba-dombanya dengan KASIH dan RENDAH HATI (lihat Mat 20:26-28). Kebesaran pemimpin Kristen tidak terletak pada berapa orang yang menjadi pengikut tetapi berapa banyak orang yang DILAYANI

Teladan YESUS sebagai pemimpin

  • Pemimpin = pelayan (lihat Yoh 13:4-7 tentang pembasuhan kaki)
  • Konsisten : tujuan harus menjadi prioritas utama.
  • Beri teladan
  • Memiliki hubungan dengan pengikut
  • Mampu membuat pengikut berani mengambil komitmen (Mat 16:24 sangkuli)
  • Memberi rasa aman dan kekuatan saat menangani persoalan berat.
  • Mampu mengembangkan/mengisi diri sendiri (Mrk 3:7-10)
  • Dapat memilih dan mengembangkan pengikutnya yang inti (Mat 10:1, Luk 10:1).
  • Melakukan kaderisasi (Yoh 15:16).
  • Supervisi / pengawasan (Mrk 8:17, Mrk 6:30)


Sebagai pemimpin umat, kita harus mengikuti kebiasaan YESUS, yang senantiasa……
  • Melakukan keheningan
  • Berdoa
  • Belajar dan menerapkan Kitab Suci
  • Menerima dan menanggapi cinta Allah yang tak bersyarat
  • Keterlibatan dalam hubungan yang saling mendukung


Bila anda butuh buku pedoman kepemimpinan yang lengkap, maka bacalah ALKITAB. Jadi jangan takut untuk menjadi pemimpin, karena YESUS pendukung dan panutanku. FirmanNya adalah pedoman hidupku. Amin …

Rabu, 02 Januari 2008

Bisnis Menurut Jalan Tuhan

  • Bolehkan kita berbisnis ? Apakah tidak lebih baik, bila kita hanya mendekatkan diri kepada Tuhan untuk memperkuat iman ?
  • Benarkah bila kita berbisnis, maka kita melakukan perbuatan yang menyalahi perintah Tuhan ?
  • Bagaimanakah cara berbisnis yang etis dan tidak menyalahi perintah Tuhan ?


Pendahuluan

Situasi perekonomian dan dunia bisnis di negara kita sejak kismon tahun 1998 mengalami kehancuran. Mengapa hal tersebut terjadi ? Tuhanlah yang mengatur semua itu, sesuai dengan rencanaNya. Mungkin Ia menghendaki agar kalangan bisnis di Indonesia untuk insaf dan sadar akan kesalahan yang telah kita perbuat selama ini. Bila dahulu prinsip yang kita gunakan dalam berbisnis adalah untuk memuaskan diri sendiri, sehingga menghalalkan segala cara, misalnya dengan melakukan suap, korupsi, kolusi, nepotisme dll., maka kini kita harus mengubahnya agar bisnis yang kita jalankan sesuai dengan kehendak Tuhan.
Hasil dari bisnis yang tidak adil, tidak akan bermanfaat bagi kehidupan kita. Hal ini dinyatakan dalam Sir 5 : 8 : Janganlah percaya pada harta benda yang diperoleh dengan tidak adil, sebab tidak berguna sedikitpun pada hari sial.

Perlukah kita berbisnis ?

Suasana dalam Injil adalah suasana bekerja, misalnya St. Yusuf, ayah Yesus adalah seorang tukang kayu dan Simon Petrus adalah seorang nelayan. Setelah St. Yusuf meninggal, maka Yesus pun menjadi pekerja sepenuhnya karena Ia harus menabung untuk membeli makanan dan pakaian, melayani pelanggan dan lain sebagainya. Setelah ditinggal Yesus, yang diangkat ke Surga, Simon Petrus sendiri tetap berusaha untuk mendapatkan uang bagi kehidupannya, karena dari pelayanan yang dilakukannya ia tidak pernah meminta bayaran dari umatnya.
Dalam perikop Perumpamaan tentang talenta (Mat 25: 14-30), Tuhan menekankan kepada manusia untuk berusaha, dengan menggunakan anugerah yang telah diberikanNya, agar menjadi berlimpah. Dan hasil yang berlimpah itu akhirnya dapat kita bagikan kepada sesama. Ayat 29 dari perikop tersebut menunjukkan bahwa bagi yang telah berusaha dan berhasil, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Bagi yang malas (tidak mau berusaha), apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
Rabi Yudah juga menyebutkan salah satu dari lima tugas ayah adalah : “Ia yang tidak mengajarkan anaknya berdagang, mengajarkan mereka untuk mencuri.” Jadi untuk memperoleh kehidupan yang layak, kita harus berbisnis. Tetapi bisnis tersebut harus kita laksanakan sesuai dengan kepercayaan yang kita imani.

Prinsip Bisnis Di Jalan Tuhan


Beberapa prinsip bisnis yang dapat kita gunakan, sesuai dengan Firman Tuhan, adalah :

1. Jangan mencuri

Prinsip ini diambil dari Perintah Allah yang ke tujuh. Mencuri berarti mengambil milik orang lain secara tidak adil, untuk dijadikan milik sendiri. Perintah Allah ini menginginkan kita untuk berbuat adil terhadap sesama, dan mengandung tujuan positip, yaitu hargailah milik orang lain dan hormatilah hak orang lain.
Jadi yang termasuk perbuatan tidak adil (arti mencuri secara lebih luas) adalah :
  • Korupsi, yaitu mengambil atau tidak memberikan kepada orang lain, hak yang menjadi bagiannya.
  • Memberi upah yang terlalu rendah. Karyawan, adalah sesama kita yang juga memiliki hak atas upah dari hasil pekerjaan yang telah dilakukannya bagi perusahaan. Untuk itu berikanlah upah yang layak sesuai dengan prestasi kerja mereka masing-masing.
  • Menyelewengkan dana dari tujuan pemakaian semula (dana bencana alam digunakan untuk usaha, dana JPS digunakan untuk kepentingan partai)
  • Menyalahgunakan milik orang lain, misalnya kolusi, yaitu menggunakan fasilitas atau wewenang orang lain, untuk melakukan hal yang menguntungkan kita sendiri.
  • Merusakkan barang orang lain secara sengaja, tidak memeliharanya, misalnya mela-kukan sabotase / terror terhadap perusahaan pesaing.
  • Meminjam tidak mengembalikan, misalnya kredit bank yang macet.
Perintah Allah ke sepuluh : Jangan menginginkan milik sesamamu manusia secara tidak adil, menekankan bahwa bila kita baru menginginkan (merencanakan mengambil) hak milik orang lain secara tidak adil, berarti kita juga telah melanggar perintahNya.

2. Berani mengambil resiko
Wirausahawan berhasil memiliki keberanian untuk mengambil resiko yang moderat, tidak main aman saja, tetapi juga bukan nekad. Hal ini masih ditunjukkan dalam perikop penjala ikan menjadi penjala manusia (Luk 5:1-11), yaitu dalam ayat 4; Yesus memerintahkan Simon untuk bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jalanya disana untuk mendapatkan ikan. Tempat yang lebih dalam menunjukkan tempat yang lebih berbahaya dan lebih beresiko, tetapi ikan (hasilnya) pun akan berlimpah di tempat seperti itu.

3. Percaya dan ikuti petunjuk Tuhan
Dalam ayat 5 dari perikop yang sama, Simon meyatakan bahwa ia akan melakukan perintah Yesus untuk menebarkan jala, walaupun sebelumnya ia menyatakan telah bekerja keras di tempat itu semalam suntuk dan tidak berhasil. Ayat ini menunjukkan bahwa Simon percaya akan seluruh perkataan Yesus, keputusan yang diambilnya adalah perintah Yesus.
Untuk dapat mendengarkan petunjuk Tuhan kepada kita, maka kita harus sering membaca FirmanNya, dan juga terus menerus berkomunikasi dengan Nya melalui doa-doa kita.

4. Bagikan kepada sesama
Masih dalam perikop penjala ikan menjadi penjala manusia (Luk 5:1-11), khususnya dalam ayat 7, ketika Petrus menjala ikan atas petunjuk Yesus, ternyata ia mendapatkan sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu Petrus memanggil teman-temannya di perahu lain untuk membantunya. Ternyata ke dua perahu itu pun penuh dengan ikan, sehingga hampir tenggelam.
Hal ini menunjukkan bahwa bila kita mendapatkan rejeki yang berlimpah, maka kita harus membagikannya kepada sesama. Ternyata setelah dibagikanpun kita tidak akan kekurangan. Bagaimana bila tidak dibagikan ? Bila kita serakah, maka akibatnya akan kita tanggung sendiri, dan perahu kita pun akan karam karena tidak dapat menampung ikan yang sangat banyak tersebut.

5. Bayarlah Pajak
Dalam perikop Tentang membayar pajak kepada Kaisar (Luk 20:20-26), dengan tegas Yesus memerintahkan kita untuk membayar pajak kepada Kaisar/negara, karena hal tersebut kewajiban kita. Jadi dalam berbisnis kita tidak boleh membuat pembukuan ganda untuk memanipulasi pajak; bila kita melakukan hal tersebut, berarti kita mencuri hak negara.

6. Ada keseimbangan antara bisnis dengan Tuhan
Marilah kita lihat cara berjalan seorang anak kecil, satu tangan digunakan untuk menggandeng tangan bapanya sementara tangan yang lain digunakan untuk berbagai macam hal, misalnya memetik buah, membawa barang. Bila ada hal yang meragukan si anak akan menoleh ke bapanya untuk meminta kepastian apakah ia boleh melakukan hal tersebut. Dan si bapa pun akan melarang anaknya bila satu tangan lain digunakan untuk melakukan hal-hal yang berbahaya atau tidak baik.
Dengan mencontoh hal tersebut, maka jika satu tangan kita digunakan untuk membereskan urusan dunia ini, maka tangan yang lain harus berpegang erat pada tangan Bapa. Dan kita juga harus selalu menoleh kepadaNya melalui doa-doa kita, untuk mengetahui apakah tindakan kita menyenangkan hatiNya atau tidak. Yang terpenting, janganlah pernah meninggalkan tanganNya dan perlindunganNya, karena bila kita berpikir bahwa dengan kedua tangan kita dapat mengumpulkan lebih banyak atau mendapat keuntungan lain, maka pada saat itulah kita dapat terperosok dan jatuh.

Penutup

Dengan menggunakan prinsip-prinsip di atas, maka marilah kita berbisnis sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan demikian ia pun akan memberikan rahmat kepada kita untuk membangun kembali dunia bisnis dan perekonomian di negara kita ini.
Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan (Mzm 1:6)

Tema Konvenas PKK Indonesia

Konvensi nasional (Konvenas) merupakan ajang pertemuan bagi para leader Pembaruan Karismatik Katolik (PKK) Indonesia, yang pada umumnya dilaksanakan setiap tiga tahun sekali. Adapun tema-tema Konvenas mulai dari yang pertama sampai yang terakhir, yaitu Konvenas XI di Surabaya pada tahun 2006, adalah :

Konvenas I : Jadilah saksiKu

Konvenas II : Kamu akan diberi kuasa

Konvenas III : Jadilah jantung Gereja

Konvenas IV : Aku mengutus kamu

Konvenas V : Kuasa dalam kesatuan

Konvenas VI : Siapkan jalan bagi Tuhan

Konvenas VII : Kamulah bangsa terpilih

Konvenas VIII : Supaya semua bersatu

Konvenas IX : Komunitas Karimatik yang berbuah

Konvenas X : Kamu adalah karunia istimewa bagi Gereja

Selasa, 01 Januari 2008

Menyambut Tahun Baru 2008

Untuk menyambut datangnya tahun baru 2008, sebagian besar orang merayakannya dengan berpesta pora di tempat-tempat keramaian, atau di hotel-hotel. Tetapi ada juga yang merayakannya dalam kondisi yang memprihatinkan seperti yang dialami oleh saudara-saudara kita di Muara Baru Jakarta, yang sedang mengalami kebanjiran akibat naiknya air laut. Hal yang sama juga dialami oleh masyarakat Bojonegoro yang sanak saudaranya tertimpa tanah longsor.

Sedangkan kita sebagai umat Katolik, apakah kita juga sudah merenungkan segala tindakan yang telah kita lakukan pada tahun 2007. Bersyukurlah atas segala karunia yang telah kita terima dari Tuhan, demikian juga atas segala hal kurang menyenangkan yang telah kita alami. Biarlah semuanya itu menjadi bahan pelajaran bagi kita, dan pengalaman untuk menempuh tahun 2008.

Marilah kita buat rencana yang akan kita capai pada akhir tahun 2008, terutama mengenai kehidupan rohani kita. Setelah rencana-rencana tersebut jadi, maka mulai hari ini marilah kita melaksanakannya, agar rencana tersebut jangan hanya tinggal rencana di atas kertas, di kepala kita, atau di dalam komputer saja. Buatlah komitmen untuk melaksanakannya dengan sungguh-sungguh, sambil berserah dan mohon bimbingan pada Tuhan.

Statistik Gereja Katolik

Walaupun belum ada data yang baru, tetapi mudah-mudahan data lama ini juga memberikan gambaran mengenai kondisi Gereja Katolik.

Menurut Buku Tahunan Gereja Katolik 2004 (dikutip dari Tabloid Rohani Bulir, Edisi 14, 15 Maret – 15 April 2004), yang telah diterbitkan oleh Vatikan, ada beberapa data statistik yang perlu kita ketahui, yaitu :

  • umat yang dibaptis Katolik telah berjumlah sekitar 1 milyar penduduk, atau sama dengan 17.2% dari populasi penduduk dunia
  • penyebaran berdasarkan benua adalah Amerika (50%), Eropa (26.1%), Afrika (12.8%), Asia (10.3%), dan Oceania (0.3%).
  • Terdapat 405.058 imam, terdiri dari 267.334 imam praja dan 137.724 imam religius. Dari data ini ada kenaikan jumlah imam praja, tetapi untuk jumlah imam religius mengalami penurunan yang terus berkelanjutan.
Sedangkan data yang diperoleh dari Zenit, berdasarkan statistik akhir tahun 2003 adalah :

  • Jumlah Katolik baptis : 1,085 miliar (17,23% populasi dunia), jumlah ini naik 15 juta dari tahun sebelumnya. Persentase kenaikan 0,34% di Afrika, Amerika 0,17%, Asia 0,03%, Oseania 0,37%, sedangkan di Eropa turun 0,31%
  • Jumlah Uskup : 4742, jumlah imam : 405 450, jumlah bruder : 54 620, dan jumlah biarawati : 776 269.

Mengenal Karunia-Karunia Allah(5) : Peran Kasih Terhadap Karunia

Bila kita telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi kita masing-masing, maka dalam kehidupan kita akan terpancar kesembilan buah-buah Roh, yaitu : Kasih, Sukacita, Damai sejahtera, Kesabaran, Kemurahan, Kebaikan, Kesetiaan, Kelemahlembutan dan Penguasaan diri (Gal 5:22-23). Dengan buah-buah Roh yang tercermin dalam seluruh tindakan kita, menunjukkan bahwa pribadi kita telah berubah menjadi seseorang yang seperti Kristus.

Buah-buah Roh yang pertama dan terutama adalah kasih. Kasih merupakan sesuatu yang menjadi dasar bagi semua karunia-karunia tersebut, karena macam-macam karunia tersebut dapat berakhir, tetapi kasih tidak berkesudahan (1 Kor 13:8). Lengkapnya Iman, Harapan dan Kasih yang harus mendasari macam-macam karunia itu. (lihat 1 Kor 13:13). Menurut Paulus, karunia-karunia itu pada dirinya sendiri tidak berarti apa-apa, bila tidak keluar dari, didasari oleh, dan mengalir kembali kepada Iman, Harapan dan Kasih.

Dalam Mat 7:21-23, Yesus sendiri memperingatkan bahwa sekedar memiliki karunia bernubuat dan membuat mujisat dalam NamaNya bukanlah jaminan keselamatan abadi, hanya ketaatan kepada kehendak Bapalah yang mendatangkan keselamatan.

Sumber bacaan :
  1. Mascarenhas, Fio, SJ, Pembaharuan Karismatik Katolik
  2. Shekinah, Diktat Karunia Bahasa Roh
  3. Shekinah, Buku Penuntun Untuk Team Seminar Hidup Baru Dalam Roh
  4. Suhartono, Martin, SJ, Roh Kudus : Pelaksana Utama Evangelisasi Baru, di dalam buku Roh Kudus Membangun Persaudaraan Sejati, Sekretariat Komisi PSE / APP-KAJ bekerja sama dengan LDD-KAJ, Jakarta, 1998.
  5. Rm. Adrian, O.P., Karisma dalam Hidup Gereja, makalah yang disampaikan pada Rapat Pleno BPN pada tanggal 22 Nov 2007.

Mengenal Karunia-Karunia Allah(4) : Karunia Mesianis vs Karunia Karismatis

Beberapa perbedaan antara karunia mesianis dan karunia karismatis adalah :

· Karunia mesianis hanya bermanfaat bagi sang penerima secara pribadi, sedangkan karunia karismatis bermanfaat bagi seluruh jemaat Allah.

· Karunia mesianis hanya dapat diterima melalui Sakramen Penguatan yang diberikan melalui Uskup, sedangkan karunia karismatis dapat diterima pada saat kita menerima Roh Kudus dalam diri kita masing-masing. Penerimaan Roh Kudus dapat dilakukan melalui Pembaptisan dalam Roh / Pencurahan Roh Kudus. Hal ini biasanya dilakukan dengan bantuan orang lain yang lebih senior dalam iman, yang mendoakan kita dengan cara penumpangan tangan.

· Dengan menerima karunia Mesianis kita siap untuk menjadi to be like Jesus, sedangkan dengan menerima karunia Karismatis, kita siap untuk menjadi to act like Jesus.

Mengenal Karunia-Karunia Allah(3) : Karunia Karismatis

Menurut Paus Paulus VI, karunia-karunia karismatis adalah karunia-karunia dari Allah yang ‘membuat Gereja lebih kaya, lebih bersemangat, lebih mampu menjadi tanda dan membuktikan diri ...’

Karunia karismatis ada sembilan, dapat dilihat dalam 1 Kor 12:1-11, yaitu :
  1. Karunia untuk berkata-kata dengan hikmat (sabda kebijaksanaan). Penerima karunia dapat men-sharingkan pengertian baru yang mendalam mengenai misteri Kristus. Dengan karunia ini, pembicara dapat membuat keputusan atau judgement yang tepat dan untuk hidup sebagai seorang Kristen sejati.
  2. Karunia berkata-kata dengan pengetahuan (sabda pengetahuan).
    Penerima karunia Roh Kudus ini memiliki pemahaman mengenai suatu pengetahuan khusus (tentang seseorang atau suatu situasi tertentu) yang diperolehnya bukan dari melalui studi atau pengalaman, tetapi dengan inspirasi dari Roh Kudus.
    Contoh Yoh 4:18, Yesus menyatakan sabda pengetahuan kepada wanita Samaria, bahwa ia sudah mempunyai lima suami.
  3. Karunia iman, yaitu karunia yang akan memberikan inspirasi kepada manusia untuk berdoa dengan keyakinan bahwa Tuhan akan mengabulkan doanya, dan ia dapat mengetahui bahwa apa yang dimintanya akan dipenuhi.
    Hal ini sudah dikatakan Yesus sendiri dalam Mrk 11:23 : “Sesungguhnya barang-siapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya”.
    Contoh ketika St. Petrus berkata kepada orang lumpuh : “Dalam nama Yesus Kristus dari Nazareth, berjalanlah !” (Kis 3:6)
  4. Karunia penyembuhan.
    Dengan karunia ini, maka kita akan digunakan oleh Yesus untuk dapat mempercepat daya penyembuhan alamiah dari tubuh si penderita. Yesus menyembuhkan banyak orang yang datang kepadaNya, misalnya mertua Petrus.
  5. Karunia melakukan mujizat.
    Karunia ini berbeda dengan penyembuhan, karena tidak tergantung pada hukum alam.
    Contoh mujizat adalah kebangkitan Lazarus dari kematian (Yoh 11:1-44).
    Contoh lain adalah Filipus yang tiba-tiba raib dari hadapan sida-sida dari negri Ethiopia, dan ‘dilarikan’ oleh Roh Kudus dari Gaza ke Asdod dalam sekejap mata (Kis 8:26-40).
  6. Karunia bernubuat.
    Penerima karunia ini akan digunakan Tuhan untuk menyampaikan pesan ke seseorang atau ke suatu komunitas Kristen. Pesan tersebut dapat mengenai situasi saat ini, keinginanNya pada saat mendatang atau apa yang ingin diberitahukanNya kepada seluruh umatNya saat ini. Nubuat tidak harus merupakan suatu prediksi terhadap masa depan.
    Santo Paulus mengatakan : Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur (1 Kor 14:3).
  7. Karunia membedakan bermacam-macam roh.
    Penerima karunia ini dapat membedakan antara roh baik dengan roh jahat. Karunia ini terutama digunakan untuk menyadari kehadiran Roh Kudus.
  8. Karunia berkata-kata dengan bahasa roh.
    Karunia ini menyebabkan seseorang dapat berbicara bahasa baru untuk memuji Allah, walaupun ia tidak mengerti yang dikatakannya. Hal ini sebenarnya menunjukkan Roh Allah yang berdoa di dalam diri kita.
    Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus. (Rom 8:26-27).
    Karunia ini disebutkan sebanyak 57 kali dalam Perjanjian Baru !
  9. Karunia menafsirkan bahasa roh itu.
    Pada saat seseorang berkata-kata dalam bahasa Roh, maka penerima karunia ini dapat memahami dan mengerti arti / maksud dari kata-kata dalam bahasa Roh tersebut.

    Kesembilan karunia-karunia tersebut dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :
    1. Kuasa mewahyukan, yaitu mengungkapkan sesuatu yang masih tersembunyi : karunia hikmat, karunia sabda pengetahuan dan karunia membeda-bedakan roh.
    2. Kuasa mengatakan, yaitu mengucapkan kata-kata : karunia bernubuat, karunia berbahasa roh, dan karunia menafsirkan bahasa roh.
    3. Kuasa melakukan, yaitu mengerjakan sesuatu dalam kuasa Allah : karunia iman, karunia menyembuhkan, dan karunia mengadakan mujisat.

Mengenal Karunia-Karunia Allah(2) : Karunia Mesianis

Karunia mesianis dari Roh Kudus, diterima oleh umat Katolik pada saat menerima Sakramen Penguatan/Krisma dari Uskup. Ketujuh karunia Mesianis, sering disebut juga Sapta Karunia Roh Kudus, tersebut adalah Hikmat, Pengertian, Nasehat, Keperkasaan, Pengenalan, Kesalehan, Takut akan Tuhan (Yes 11:1-2). Karunia-karunia mesianis yang telah diterima hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri.
Roh Hikmat membuat orang mengenal dan melaksanakan kehendak Allah atau membuat pilihan yang tepat. Kitab Amsal (Ams 9:1) mengatakan adanya tujuh pilar Hikmat, dan Yakobus menguraikannya sebagai : murni, pendamai, peramah, pemurah, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak, dan tidak munafik (Yak 3:17).
Roh Pengertian membuat orang memahami kedalaman makna suatu hal tertentu, peristiwa dan pribadi, seperti dalam diri Daniel (Dan 1:17), sedangkan Roh Nasehat memungkinkan orang memecahkan masalah dan memiliki arah dalam situasi tertentu, seperti ada pada Mesias yang digelari pula ‘Penasehat Ajaib’ (Yes 9:6).
Roh Keperkasaan akan membuat orang mampu melepaskan kuasa Allah dengan mujizat, seperti yang terjadi dalam diri Samson, Elia dan Elisa, dan Roh Pengenalan/ Pengetahuan memungkinkan orang mengetahui peristiwa di masa lalu / kini / datang, seperti yang dimiliki oleh para Nabi.
Roh Kesalehan membuat orang menjadi taat kepada Tuhan, dan selalu melaksana-kan seluruh peraturan dan kehendakNya. Sedangkan Roh Takut akan Tuhan membuat orang selalu sadar akan dosa dan akan panggilan hidup baik dan benar sehingga orang mengetahui apakah ia berada di jalan Allah atau menyimpang, seperti dialami oleh para bidan Mesir yang tidak mau menjalankan perintah Firaun untuk membunuhi bayi laki-laki Israel (Kel 1:17).
Dengan menerima Sakramen Penguatan, maka kita berada di bawah pimpinan Roh Allah, sehingga kita diangkat menjadi anak-anak Allah, seperti yang tertulis dalam Rom 8:14-16 : Semua orang yang dipimpin Roh Allah adalah anak-anak Allah. Dengan menerima Sapta Karunia, maka kita dapat menjadi to be like Jesus !

Mengenal Karunia-Karunia Allah(1) : Peran Roh Kudus

Allah itu Maha Pengasih; Ia telah mengasihi manusia sejak awal mula penciptaan. Tetapi manusia pertama, Adam dan Hawa, jatuh ke dalam dosa, sehingga mereka diusir dari Taman Eden. Walaupun demikian Allah tetap mengasihi manusia, dan Ia ingin membina hubungan pribadi dengan setiap manusia. Untuk mewujudkan hal tersebut, Ia mengutus PuteraNya yang terkasih, Yesus Kristus, ke dunia. Yesus rela menderita, di-ejek, dihina, bahkan sampai mati disalib, lalu bangkit untuk menyelamatkan kita semua.
Kedatangan, kematian dan kebangkitan Yesus ini sebenarnya merupakan karunia terbesar dari Allah bagi umat manusia, karena dengan hal tersebut manusia dilepaskan dari dosa, dan dipulihkan kembali hubungannya dengan Allah.
Setelah Yesus diangkat ke Surga, Ia mengutus Roh Kudus untuk menemani dan membimbing manusia di dunia, antara lain untuk mencapai suatu kehidupan baru. Roh Kudus adalah sumber hidup baru bagi manusia. Melalui Roh Kudus, manusia dapat menerima berbagai karunia dari Allah. Karunia-karunia tersebut secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Karunia Mesianis dan Karunia Karismatis.